Infografik Industri Kreatif Digital Jogja 2014

Pada perayaan Hari Ulang Tahun JDV yang ke-1 kemarin, kami resmi meluncurkan 2 buah infografik mengenai Infografik Individu Penggiat Industri Kreatif Digital dan Infografik Perusahaan Industri Kreatif Digital.  Jogja, merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dikenal dengan berbagai julukan: kota pelajar, kota budaya, kota kuliner, hingga kota wisata. Dunia mengenal Jogja, jutaan turis asing dan domestik berdatangan tiap tahunnya. Akan tetapi tahukah Anda di luar setiap keunikan dan keindahan Jogja tersebut, provinsi ini juga menyimpan sebuah potensi besar pada sebuah industri yang sedang berkembang pesat di Indonesia? Industri tersebut adalah industri kreatif digital.

Sebelumnya, apa yang dimaksud dengan industri kreatif digital? Industri kreatif digital adalah industri yang menggabungkan unsur kreatif dan unsur digital pada produk dan jasanya. Industri ini menghasilkan produk hasil dari teknologi informasi yang bersifat kreatif, lain dari biasa, dan menjadi solusi dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Industri ini juga industri yang mengoptimalkan bidang-bidang kreatif seperti seni dan musik dengan perantara teknologi informasi.

Dalam observasi yang kami dari Jogja Digital Valley lakukan, kami menemukan selama 5 tahun terakhir bermunculan berbagai perusahaan kreatif digital baru. Tidak hanya perusahaan hasil karya para pengusaha lokal Yogyakarta, perusahaan yang berbasis di luar Yogyakarta pun berdatangan membangun kantor cabang atau produksi. Yogyakarta telah menjadi kota alternatif selain Jakarta dan Bandung dimana para penggiat industri kreatif digital mengembangkan karyanya.

Yogyakarta adalah kota seni dengan banyak ruang publik yang mengembangkan potensi kesenian. Potensi ini dipadukan dengan banyaknya kampus dan pusat pendidikan yang mengembangkan teknologi informasi. Perpaduan tersebut menghasilkan bertemunya unsur estetik dan teknologi yang menghasilkan industri kreatif digital yang khas.

Atas dasar tersebut lah kami dari Jogja Digital Valley bekerjasama dengan Merah Institute mengadakan Sensus Industri Kreatif Digital Jogja 2014. Kami menyebut program ini sebagai sensus karena kami menjadi yang pertama yang berusaha mengumpulkan data tentang pelaku industri yang tergabung dalam kategori industri kreatif digital. Kami ingin mencoba sedapat mungkin membaca populasi dan menggambarkan potensi ekonomi yang dimiliki oleh industri kreatif digital dalam angka dan grafik.

Sensus ini kami lakukan secara digital dengan memanfaatkan platform survei online. Dalam penyebarannya kami memanfaatkan media penyebaran digital seperti media sosial dan media online sebagai media partner. Survei juga kami sebarkan melalui sms broadcast, poster, flyer, dan berbagai media lainnya. Hasilnya, kami berhasil mengumpulkan lebih dari 1000 responden dalam 2 kategori yaitu: Sensus Individu Penggiat Industri Kreatif Digital dan Sensus Perusahaan Industri Kreatif Digital.

Sensus individu merupakan sensus yang kami tujukan untuk mengenal populasi pelaku industri kreatif digital. Sensus ini menggali unsur demografis dan ekonomis dari para pelaku industri. Setelah menyurvei lebih dari 750 orang dan melakukan penyaringan untuk mengaktualisasikan data dari responden kami menemukan beberapa kesimpulan yang menarik tentang demografi individu penggiat industri kreatif digital antara lain sebagai berikut:

  1. Industri kreatif digital banyak diisi oleh anak muda. 112 responden berusia 21 tahun ke bawah sementara usia dominan berada pada jangka 22-35 tahun sebanyak 461 responden. Hal ini menggambarkan bahwa industri kreatif digital digerakkan oleh pemuda.
  2. Industri kreatif digital didominasi oleh laki-laki hingga mencapai 89,8%
  3. Dari seluruh responden, sebanyak 48,94% memiliki status pekerjaan sebagai freelancer, 19,5% sebagai pengusaha, dan 31,35% sebagai karyawan.
  4. Sebanyak 73,8% penggiat industri telah/sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi baik pada jenjang D3 maupun S1. Data ini menunjukkan bahwa industri ini didorong oleh tenaga terdidik sehingga besarnya industri kreatif digital di Yogyakarta didorong oleh banyaknya kampus dan lembaga pendidikan tinggi.
  5. Dari 5 kategori gaji yang kami survei, sebanyak 25,24% memiliki gaji pada angka di antara 1-2 juta rupiah. Sementara itu hanya 6,07% yang memiliki gaji di atas 10 juta rupiah. Kategori terbanyak berada di angka <1 juta rupiah sebanyak 26,52%
  6. Kami melakukan survei terhadap sistem kerja yang mereka lakukan. 68,37% penggiat bekerja dalam sistem kerja dengan jam fleksibel (bukan 8 jam perhari) dan 60,38% memiliki hari kerja yang juga fleksibel (bukan senin-jumat).
  7. Dari survei terhadap profesi, 40,5% atau 243 orang menyatakan dirinya memiliki profesi dalam kategori software developer yang terdiri dari berbagai bidang misal website developer, game developer, programmer, dan system analyst. Sementara sebanyak 21,6% atau 129 orang berprofesi sebagai visual designer yang terdiri dari desainer grafis dan ilustrator.
  8. Kami juga melakukan survei terhadap kemampuan yang mereka miliki. Pada variabel ini kami mempersilakan responden untuk memilih lebih dari satu keahlian. Keahlian terbanyak yang dipilih adalah keahlian graphic designer sebesar 39,7%. Menyusul kemudian web programmer 36,84%, entrepreneur 29,92%, mobile programmer 21,8%, dan social media admin 13,83%.
  9. Terakhir kami meminta mereka untuk mengurutkan alasan paling prioritas memilih bekerja di Yogyakarta dan saran untuk mengembangkan industri kreatif digital di Yogyakarta. 41,12% responden memilih indikator “Nyaman (transportasi mudah, fasilitas cukup, dan hiburan lengkap)” sebagai pilihan pertama. Menyusul alasan berikutnya antara lain biaya hidup kecil, sesuai daerah tempat berkuliah/sekolah, akses mudah ke tempat lain di Indonesia, bekerja dekat rumah, dan ikut teman.
  10. Untuk saran bagi Yogyakarta, 60,86% responden memilih opsi “Coverage internet broadband yang lebih baik dan stabil” sebagai hal pertama yang harus diperbaiki. Berikutnya menyusul pilihan antara lain menambah coworking space, program inkubasi-lomba-pelatihan, peliputan media, local market dan expo, perbaikan lalu lintas dan transportasi publik, dan terakhir akses keluar kota.

Sensus kedua kami adalah sensus mengenai perusahaan yang bergerak di industri kreatif digital. Dalam sensus ini kami mendasarkan acuan pertanyaan pada analisis mengenai potensi ekonomi yang dapat dihasilkan oleh industri kreatif digital. Setelah melakukan survei pada lebih dari 200 perusahaan dan melakukan penyaringan data, kami mendapatkan 156 perusahaan yang masuk kategori industri kreatif digital Jogja. Berikut adalah petikan dari analisis yang kami lakukan:

  1. Industri kreatif digital tumbuh pesat selama 5 tahun terakhir dimulai pada tahun 2010. Sebanyak 81,4% perusahaan yang menjadi responden berdiri pada periode tersebut. 2012 dan 2013 adalah tahun tertinggi dimana masing-masing tahun menandakan berdirinya 35 perusahaan.
  2. 32,84% perusahaan dibangun oleh 2 founder sementara hanya sekitar 18% yang memiliki founder lebih dari 3 orang.
  3. Dari beberapa opsi range angka yang kami berikan, 49% perusahaan menyatakan mempekerjakan 1 – 5 orang. 19,74% mempekerjakan 6-10 orang. 17,76% mempekerjakan 11-20 orang. Hanya 8,55% atau 13 perusahan yang mempekerjakan lebih dari 30 orang. Perhitungan kasar terhadap statistik menunjukkan setidaknya kurang lebih 2000 orang dipekerjakan oleh total 156 perusahaan yang menjadi responden.
  4. Keberadaan Jogja sebagai kota yang memiliki sumber daya manusia melimpah dimanfaatkan juga oleh perusahaan yang berbasis di luar kota. 136 perusahaan menyatakan memiliki kantor pusat di Jogja, 11 lainnya kantor cabang, dan 18 lainnya kantor produksi. Dari status kantor ini, kantor yang mereka tempati sebanyak 49,34% masih menyewa.
  5. 109 responden menyatakan belum memiliki badan hukum resmi. Sementara itu bentuk PT mengambil porsi terbanyak dengan 21,85% atau 33 perusahaan. Terdapat catatan unik yang kami dapatkan dari survei yaitu adanya dua perusahaan yang memiliki badan resmi Pte Ltd terdaftar di Singapura.
  6. Potensi industri kreatif digital yang tidak mengenal batas teritorial karena basis digitalnya menunjukkan orientasi pasar yang luar biasa. Sebanyak 34,21% (59 perusahaan) menyatakan berorientasi pasar internasional, 59,87% (119 perusahaan) berorientasi nasional, sementara hanya 5,92% yang berorientasi lokal.
  7. Perusahaan-perusahaan ini bersifat dinamis dan luas. 61,59% menjual produk dan jasa sekaligus.
  8. Kami memberikan opsi untuk memilih bidang pekerjaan yang dapat diampu oleh perusahaan dan dapat memilih lebih dari satu. 5 bidang teratas yang dipilih oleh para perusahaan antara lain: 57 perusahaan dapat mengerjakan website development, 53 perusahaan mengerjakan proyek desain grafis, 39 perusahaan mampu mengerjakan aplikasi mobile, 40 perusahaan bergerak di internet marketing. Kategori bidang lain yang juga dipilih antara lain pengembang software bisnis ke bisnis, pengembang game, animasi, digital music, agensi, online media, network security dan lain sebagainya.
  9. 76,82% responden menyatakan perusahaannya dibangun dengan modal sendiri dan hanya 3,97% yang mendapat dana dari pemerintah. Sebagian besar dari mereka memulai usaha dengan bermodal di bawah satu juta rupiah (27,81%) sementara 29,8% yang lain memulai dengan modal di atas 20 juta rupiah.
  10. Ongkos produksi yang dihabiskan selama tahun pertama bervariasi antar perusahaan. 26,49% menyatakan dapat meminimalisasi biaya hingga di bawah 5 juta rupiah sementara 25,83% lainnya beroperasi dengan biaya di atas 50 juta rupiah.
  11. Omset tahunan yang diraih perusahaan sangat bervariasi. 29,25% menyatakan beromset di bawah 25 juta rupiah. 14,97% menyatakan beromset 25 -50 juta rupiah. Terdapat 4,76% atau 7 perusahaan yang memiliki omset di atas 5 milyar rupiah. Hal ini tercermin juga tercermin dalam profit. 27,78% memiliki profit di bawah 10 juta rupiah, 20,14% memiliki profit tahunan dalam jangka 10 juta sampai 25 juta rupiah. 7 perusahaan atau 4,86% memiliki profit di atas 1 milyar rupiah per tahun.
  12. Dalam urusan gaji, 67,35% perusahaan menawarkan gaji di bawah 2 juta rupiah untuk fresh graduate, 26,53% pada kisaran 2 juta sampai 3 juta rupiah. Hanya satu perusahaan yang memberikan gaji 5-7,5 juta rupiah bagi fresh graduate.
  13. 15 perusahaan yang menjadi responden menyatakan telah mendapatkan inkubasi sementara 90,07% lainnya belum. 40,67% pernah diliput oleh media massa. 29,53% atau 44 perusahaan pernah memenangkan lomba atau penghargaan di tingkat nasional dan internasional.
  14. Kami bertanya mengapa para perusahaan ini memilih Yogyakarta. Tidak mengagetkan, 32,33% menyatakan biaya operasional kecil adalah faktor terpenting. Menyusul kemudian biaya SDM murah, SDM melimpah dan berkualitas, bebas macet dan transportasi nyaman, akses internet cukup baik, dan pasar luas yang menarik.
  15. Sama seperti individu, 76,52% atau jumlah dominan responden mengharapkan coverage dan koneksi internet broadband yang lebih baik di Yogyakarta. Kemudian terbanyak kedua mencapai 88 pilihan adalah fasilitas networking untuk pengembangan bisnis, dan ketiga adalah peliputan media massa.

Sensus ini telah menunjukkan gambaran umum mengenai industri kreatif digital di Yogyakarta. Gambaran data tersebut menunjukkan kuat dan berkembangnya industri kreatif digital yang memiliki ragam variasi perusahaan di berbagai bidang dan skala yang terkumpul dalam ruang bisnis yang solid. Mengingat semakin meningkatnya arus pelajar yang masuk ke Yogyakarta, terbukanya lapangan-lapangan pekerjaan baru melalui perusahaan yang masuk dan terbentuk, tidak heran apabila dalam 5 tahun ke depan industri kreatif digital akan menjadi salah satu penyumbang terbesar lapangan pekerjaan, pendapatan daerah, dan karya-karya nasional dan internasional. Yogyakarta yang merupakan melting pot bertemunya manusia dari berbagai etnis dan suku bangsa, keahlian, seni, dan teknologi kini telah menghasilkan sebuah karya baru berupa industri kreatif digital.

INDIVIDU_ (1)     PERUSAHAAN_

 

3 thoughts on “Infografik Industri Kreatif Digital Jogja 2014

  1. Ferian Fauzi says:

    amoebasystem termasuk nih … perusahaan penggiat IT plus tempat magang anak-anak mahasiswa 😀

    semangat kakak kakak penggiat IT 😀

    1. Yusuf Akhsan Hidayat says:

      alumni Amikom emang super (y)

  2. Yusuf Akhsan Hidayat says:

    KompetisiIndonesia(TM) akan terus bersaing untuk menjadi portal kompetisi online terbaik di Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *