Bengkel Gamelan #3 “HTML 5: Emerging Platform for Games”

01/04/2014 Agenda,Uncategorized Tags: ,

poster bengkel

 

Jumpa lagi dengan even Bengkel Gamelan yang kali ini di organizer oleh Hinocyber. Bengkel Gamelan kali ini akan membahas HTML 5: Emerging Platform for Games.

Sejak pertama kali diperkenalkan oleh Ian Hickson di tahun 2008, teknologi HTML5 terus mengalami evolusi dari waktu ke waktu. Seiring dengan evolusi yang  terjadi, pemanfaatan HTML5 pun mulai merambah berbagai bidang.  Salah satu pemanfaatannya yang paling populer adalah untuk pengembangan game.

Berawal dari Apple yang meniadakan flash di perangkat mobile mereka dan akuisisi“Rocket Pack”, sebuah startup yang mengembangkan game engine berbasis HTML5, oleh Disney, para developer game pun mulai banyak yang melirik HTML5 sebagai platform masa depan mereka. Bahkan saat ini game yang dikembangkan dengan HTML5 sudah banyak beredar di pasar, game engine berbasis HTML5 juga mulai banyak dikembangkan.

Tapi seperti apa sebenarnya peluang HTML5 sendiri untuk para game developer? Mengapa banyak yang menyebutnya sebagai platform game masa depan? Game HTML5 apa saja yang berhasil meraih sukses di pasar?

Bengkel Gamelan kali ini akan mencoba untuk membahas hal tersebut.

Jadi jangan sampai ketinggal acara kita:

Waktu : Kamis, 3 April 2014

Jam : 19.00 – Selesai

Tempat :

Jogja Digital Valley

Jl.Kartini No. 7 Sagan, Yogyakarta

Pembicara :

Agastyo Satriaji Idam (Game Designer, Hinocyber) 

Sampai jumpa di acara :D

Meet Up # Lendabook dan Bedah Buku “This Movie is You”

20/02/2014 Agenda,Uncategorized

Capture

Lendabook.co, situs online peminjaman buku merupakan salah satu startup yang sedang menjalani inkubasi di JDV. Kali ini Lendabook akan mengadakan Meet Up bagi para membernya sekaligus melakukan bedah buku yang akan menghadirkan Karina Ayu Pradita, penulis buku “This Movie Is You”. Bedah buku, merupakan satu kegiatan yang seru dalam mengapresiasi buku. Dalam kegiatan tersebut terdapat upaya bersama untuk menerjemahkan isi buku, berdiskusi, menambah ilmu dan motivasi, serta mengambil hikmah dari buku yang dibahas.

Menghadirkan penulis dalam acara bedah buku, dapat memberi dampak positif. Selain tentunya menambah motivasi peserta untuk menulis, juga dapat menambah interaksi antara penulis dan pembaca. Sehingga dapat saling memberikan manfaat. Penulis mendapat keuntungan berupa apresiasi pembaca, dan peserta mendapatkan ilmu penting dalam buku yang dibahas.

Sebuah karya fiksi, berbeda dengan katya non-fiksi, tidak menjelaskan secara gamblang ‘amanat’ dalam  tiap tulisannya. Sebuah karya fiksi menyembunyikan ilmu di balik kata-katanya, nasihat dibalik kalimat-kalimatnya, dan romansa di balik paragraf-paragrafnya. Menelaah karya fiksi –novel- , diaharap dapat menajamkan analisis pembaca dan menyentuh pembaca dengan kisah-kisahnya.

Kegiatan ini ditujukan untuk mengapresiasi novel The Movie is You melalui perbincangan bersama penulis mengenai isi buku dan perjalanan ‘melahirkan’ buku tersebut. Bagi teman-teman yang tertarik bisa langsung datang ke JDV hari Jumat, 21 Februari 2014 mulai pukul 16.00-18.00 cukup dengan membawa buku yang bisa dipinjamkan. More info https://twitter.com/Lendabook

 

 

Ingin punya bisnis online tapi hanya punya ide? Coba ikuti Indigo Incubator!

28/01/2014 Uncategorized

agbeatcom

Bagi Anda yang ingin menjadi seorang entrepreneur di ranah teknologi Indonesia tapi membutuhkan dukungan dana dan fasilitas, program inkubasi Telkom Group,Indigo Incubator 1, bisa menjadi solusi. Program inkubasi ini sudah masuk ke angkatan keduanya dan sudah membuka tahap registrasi.

Registrasi terbuka untuk dua jenis pendaftaran, yakni proposal dalam bentuk ide saja (produk belum jadi) dan proposal dalam bentuk produk yang sudah jadi. Saat ini registrasi terbuka untuk pendaftaran ide hingga 31 Maret, registrasi untuk produk yang sudah jadi akan dibuka pada tanggal 1 April.

Proses Seleksi Pendanaan

Para peserta akan melewati beberapa tahap seleksi seperti tes tertulis dan wawancara. Setelah itu mereka akan menjalani tahap inkubasi dan pendampingan selama enam bulan bersama dengan Telkom.

Proses seleksi masih berlangsung selama masa inkubasi tersebut. Para peserta yang lolos akan mendapatkan suntikan dana bisnis awal sebesar Rp 250 juta. Dana tersebut akan dibagikan dalam tiga tahap pengembangan produk yang merangkap sebagai tahap seleksi berikutnya: validasi ide, validasi produk, dan validasi model bisnis.

Selama masa inkubasi, para peserta akan mendapatkan berbagai dukungan lainnya dari Telkom seperti fasilitas di co-working space Bandung Digital Valley dan Jogja Digital Valley serta akses ke 150 juta pelanggan Telkom Group yang tersebar di 10 negara.

 

(Baca juga: 10 co-working space keren di Indonesia)
 

Peserta yang dinilai memiliki prospek yang sangat cerah dan telah melewati tahap validasi model bisnis, bisa mendapatkan opsi pendanaan lanjutan sebesar Rp 2 miliar dari Telkom Group.

Bandung Digital Valley akan menerima 20 startup untuk program Indigo Incubator sedangkan Jogja Digital Valley akan menerima 10 startup. 10 kategori ide bisnis online yang akan dinilai Indigo Incubator ialah bidang aplikasi pariwisata, finansial dan perbankan, koperasi, pelayanan publik, edukasi, transportasi dan logistik, aplikasi kesehatan, smart home and mobilitydigital media entertainment, dandigital advertising.

Demo Day

Saat ini masih ada total 12 peserta dari angkatan pertama Indigo Incubator yang masih menjalani tahap akhir inkubasi. Dua diantaranya ialah Merityuk – sebuah website yang membantu perencanaan pernikahan – dan Karamel – sebuah solusi captcha visual.

Anda bisa menyaksikan perkembangan ke-12 startup tersebut pada Demo Day yang akan diadakan tanggal 21 Februari di Bandung Digital Valley.

GruparaSystec Group, dan Merah Putih Incubator – tiga venture capital yang berbasis di Jakarta – juga memberikan proses inkubasi kepada para startup portfolio mereka.

Ini bisa menjadi peluang yang baik untuk memulai bisnis online Anda. Silakan cari informasi lebih lanjut mengenai Indigo Incubator di sini.

(Sumber: http://id.techinasia.com/bisnis-online-indigo-incubator/ )

Indonesia’s Telkom launches a co-working space and incubator program in Yogyakarta

26/08/2013 Uncategorized

jogja-digital-valley-site-720x427

Indonesia’s largest information and communication company Telkom recently launched its second tech incubator in the city of Jogjakarta (or Yogyakarta). Called Jogja Digital Valley (JDV), the 800 meter square place lets people to use it as a coworking space, gadget room, meeting room, and incubatee room. And get this, you can use the place for free!

JDV is built to support the growth of the creative industry in Indonesia. Telkom says it is investing up to IDR 10 billion (US$1,150,000) in the next three years for the new space, and hopes it can help spur the growth of local entrepreneurs so that they can one day compete with international players.

The co-working space can hold up to 50 developers. They can also demo their applications inside the gadget room. To start using the space at JDV, users only need to register themselves on its website. They must come to JDV to physically verify the registered data, and then they will become a member for free.

Tech communities can cooperate with JDV to hold events there, too. The space has a meeting room which can accommodate up to 100 people, as well as a main parking lot which can also be used to accommodate even more. JDV will also be able to help spread the news of the event to its members. It has accumulated over 130 people so far. JDV’s sister space in Bandung called Bandung Digital Valley (BDV), which was built in December 2011, now has over 900 members.

After Bandung and Yogyakarta, Telkom plans to build more Digital Valleys in Jakarta, Medan, Surabaya, and Bali.

Indigo Incubator
JDV and BDV will also look for developers to join its incubator program called Indigo Incubator. JDV has the capacity to hold 10 startups while BDV can accommodate up to 20 startups for the incubator program.

The program for Bandung is now on its second batch right now, and is still open for registration until August 31st. The incubator will undertake three phases: ideation, product, and market validation. The first batch already saw 17 startups being invested in by the program. Whereas the incubator program for Yogyakarta branch will start next year.

DailySocial cites BDV executive director Indra Purnama as saying that both JDV and BDV will have very similar incubation processes. The selected startups will undergo six months of incubation as well as receiving seed funding of IDR 250 million ($28,800). After the incubation process is over, the startups will proceed to enter the acceleration program in which they can receive up to IDR 2 billion ($230,000) in further funding.

You can find more information about Indigo Incubator here.

(Source: DailySocial)

sumber: techinasia.com

Telkom Perluas Program Inkubator Dengan Meresmikan Jogja Digital Valley

21/08/2013 Uncategorized

co-working space JDV

Setelah mendirikan Bandung Digital Valley (BDV) pada tahun 2011 sebagai pusat inkubator dan akselerator bagi startup yang berlokasi di Bandung, Telkom hari ini (Rabu 21/8) meresmikan Jogja Digital Valley (JDV), yang berlokasi di Jalan Kartini no. 7, Yogyakarta. JDV diresmikan langsung oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sultan Hamengkubuwono X dan dihadiri oleh Direktur Utama Telkom, Arief Yahya, Direktur Innovation Strategic & Indra Utoyo, dan tak ketinggalan, Direktur Enterprise Muhammad Awaluddin.

JDV sendiri merupakan inisiatif Telkom sebagai perusahaan yang ingin terus mendukung industri kreatif nasional. “Telkom selalu mendukung agar industri kreatif digital maju pesat. JDV menyediaan ekosistem yang terintegrasi untuk mendorong lahirnya inovator di bidang industri kreatif digital,” kata Arief Yahya, Direktur Utama Telkom, seperti dalam rilis yang dikirimkan kepada DailySocial.

Setelah Bandung, Telkom memang berniat mendirikan pusat inkubator bagi startup di kota-kota besar seperti Jakarta, Medan, Surabaya, Bali, dan Yogyakarta. Lima kota besar ini dinilai memiliki banyak sekali anak muda yang kreatif dalam dunia digital. Program inkubator dan akses pendanaan diharapkan akan menjadi motor penggerak industri kreatif digital di Indonesia ke arah yang lebih dinamis.

“Pemilihan Yogyakarta sebagai daerah ekspansi pertama BDV karena Yogyakarta memiliki komunitas digital yang kuat. Kebanyakan dari mereka underground, tak terangkat publisitas,” ujar Indra Purnama, Executive Director BDV kepada DailySocial via telepon.

JDV sendiri akan menjadi fasilitas ruang kerja bersama bagi startup yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya. Bangunan seluas 800 m2, mampu menampung hingga 10 startup binaan dan 50 developer. Startup binaan tersebut akan disediakan fasilitas fisik berupa private working room untuk mengembangkan bisnis dan produk mereka. Sedangkan fasilitas lainnya terdiri dari: meeting room, cafe corner dan lounge. Semua itu disediakan guna menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan kondusif bagi startup.

Seperti halnya BDV, JDV juga akan berperan sebagai aspek pendanaan bagi startup melalui program inkubasinya. “Program Indigo Inkubator untuk startup Yogya akan dimulai tahun 2014,” lanjut Indra.

Lebih jelasnya kepada DailySocial, program inkubasi dan akselator JDV tidak akan berbeda dengan BDV, mulai dari kriteria pemilihan startup hingga program yang dijalaninya. Startup terpilih nantinya akan masuk inkubasi selama enam bulan dengan diberikan pendanaan Rp 250 juta untuk mengembangkan bisnis awalnya. “Setelah masa inkubasi akan masuk masa akselarator. Startup dalam periode ini akan diberikan pendanaan Rp 2 miliar,” lanjut Indra.

Intinya Telkom bertujuan membantu startup serta menjalin kerjasama yang panjang dan saling menguntungkan. Visinya adalah bersama-sama ingin membangun Indonesia. Diharapkan nantinya akan merangsang produk kreasi lokal dari startup Indonesia yang mampu memenangkan tak hanya pasar lokal, juga global.

“JDV juga akan menerapkan metodologi lean startup, metode umum yang bisa meminimalkan akibat ketidakpastian yang sangat kental dengan dunia startup,” urai Indra. Dengan metode ini akan membantu startup dalam mengembangkan bisnisnya sesuai sasaran. “Pertama, memastikan produk yang dihasilkan startup memang dibutuhkan pasar. Kedua, produknya sudah sesuai dengan keinginan konsumen, terakhir, menjangkau pasar yang tepat.”

Untuk mengelola program inkubasi tersebut Telkom bekerja sama dengan MIKTI (Masyarakat Industri Kreatif TIK Indonesia) yang terdiri wirausaha dan profesional di bidang industri kreatif digital di Indonesia. Peleburan dari pengetahuan bisnis, produk dan pasar yang dimiliki oleh Telkom maupun MIKTI diharapkan dapat memberikan manfaat yang optimal bagi startup.

sumber: dailysocial.net

Telkom Investasi 10 Miliar Untuk Jogja Digital Valley

Uncategorized Tags:

Telkom Investasi 10 Miliar Untuk Jogja Digital Valley

YOGYA (KRjogja.com) – Direktur Utama PT Telkom Arief Yahya berharap dengan keberadaan Jogja Digital Valley dalam tiga tahun kedepan aplikasi-aplikasi dan konten-konten kreatif dari Jogja Digital Valley akan membanjiri market di berbagai platform yang populer di masyarakat. Ini diharapkan menjadi trend di kalangan first adopter seperti Android, Blackberry dan iPhone.

“Guna mencapai target tersebut tentu dibutuhkan dana inkubasi teknis dan bisnis bagi para komunitas. Selain mengajak para venture capital untuk bersama-sama mendukung inisiatif ini, Telkom telah berkomitmen untuk menanamkan investasi sampai dengan 10 Milliar untuk tiga tahun kedepan untuk mendukung seluruh aktivitas Bandung Digital Valley, Jogja Digital Valley dan valley-valley lain yang akan muncul kemudian,” ujarnya saat peresmian Jogja Digital Valley di Jalan Kartini no 7, Sagan, Yogyakarta, Rabu (21/08/2013).

Telkom menurutnya juga sedang fokus mengembangkan Indonesia Digital Network (IDN), jaringan layanan True Broadband untuk Indonesia, selain juga ekspansi bisnis ke negara lain. Langkah besar bisnis Telkom ini menurutnya adalah kesempatan emas bagi para pengembang individu dan perusahaan startup untuk memenangkan pasar lokal dan internasional bersama-sama dengan Telkom.

Sementara Kepala Dinas Pariwisata DIY Tazbir yang hadir dalam peresmian mengaku menyambut baik keberadaan Jogja Digital Valley ini. Pemerintah daerah menurutnya harus terus duduk bersama dengan pelaku industri dan pemilik modal guna memetakan langkah konkrit mempromosikan Yogyakarta. “Ini harus terus dilakukan bersama untuk mewujudkan Yogya kota industri kreatif,” katanya. (Den)

sumber: krjogja.com

Sultan Resmikan Jogja Digital Valley

Uncategorized

Sultan Resmikan Jogja Digital Valley

YOGYA (KRjogja.com) – Gubernur DIY Sri Sultan HB X pagi ini (21/08) meresmikan Jogja Digital Valley, sebuah pusat ‘information and communications technology’ (ICT) yang berlokasi di Jalan Kartini no 7 Sagan. Jogja Digital Valley adalah pusat inkubasi bisnis ICT yang dikembangkan oleh Telkom untuk melengkapi ekosistem kreatif digital yang bertujuan untuk meningkatkan akselerasi jumlah pengembang untuk games, edutainment, musik, animasi dan pelayanan software khususnya di Kota Yogyakarta dan sekitarnya.

“Semoga dapat lebih mewujudkan digital govermence services, guna mewujudkan Yogyakarta sebagai kota kreatif, semacam Sillicon Valley di Indonesia,” ujar gubernur yang melakukan peresmian dengan memencet saron (instrumen gamelan) digital.

Direktur Innovation and Strategic Portfolio Telkom Indra Utoyo menjelaskan, tempat ini adalah wadah bagi developer individual maupun perusahaan yang mensuplai konten kreatif bagi produk dan pelayanan ICT yang akan ditawarkan secara aktif ke pasar. Jogja Digital Valley dikelola oleh MIKTI (Masyarakat Industri Kreatif TIK Indonesia), sebuah organisasi nirlaba yang memiliki misi untuk mendorong pertumbuhan industri kreatif digital di Indonesia yang saat ini sedang merebak.

“Dengan kolaborasi antara Telkom dan MIKTI yang beranggotakan para profesional dan wirausaha di bidang industri kreatif digital di Indonesia, diharapkan keuntungan yang diberikan kepada komunitas pengembang menjadi lebih optimal,” tandasnya.

Ia menambahkan, Jogja Digital Valley merupakan pusat inkubasi kedua setelah pada 20 Desember 2011, Telkom meresmikan Bandung Digital Valley. “Terpilihnya Kota Yogyakarta sebagai salah satu pusat inkubasi ini tidak terlepas dari banyaknya talenta dan ide kreatif di bidang ICT yang muncul dari kota ini,” sambungnya.

Jogja Digital Valley menurutnya akan menjadi jembatan antara para teknopreneur atau pengembang aplikasi dengan pasar atau industri sebagai penyerap atau pengguna aplikasi. Jogja Digital Valley diharapkan akan membawa para teknopreneur dan teknoventura ke dalam sebuah platform kerjasama yang saling menguntungkan. “Kerjasama ini merupakan bentuk investasi jangka panjang bagi kelangsungan bisnis ICT di Indonesia yang diharapkan akan menjadi sentra-sentra bisnis besar di masa depan,” ujarnya.

Ia meneruskan, Jogja Digital Valley memiliki kemampuan kapasitas daya tampung sebanyak 50 developers dengan luas 800 meter persegi dan menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung yang nyaman bagi para pengembang untuk melakukan ideation, kreasi dan inovasi berbagai solusi ICT. Adapun fasilitas yang disediakan pada Jogja Digital Valley ini antara lain adalah ruangan gadget tempat melakukan test aplikasi dan kontent sekaligus mendemokan hasil-hasil solusi yang dikembangkan untuk merasakan ‘customer experience’.

“Terdapat Creative Desk dan Private Working Room tempat para personil Startup digital dapat melakukan pengembangan solusi aplikasi dan konten, meeting room sebagai tempat untuk melakukan temu partners, sharing knowledge dan lain-lain, dan juga dilengkapi dengan cafe corner yang nyaman dengan suasana yang diharapkan dapat menumbuhkan ide-ide kreatif para developers. Seluruh fasilitas ini akan didukung oleh perangkat server sebagai penunjang inkubator solusi aplikasi dan kontent dalam bentuk application store, mobile cloud dan solusi enterprise,” paparnya.

Ia menambahkan, tempat ini akan memberikan advokasi/ bimbingan baik dari segi teknis dan bisnis dalam pengembangan solusi berbasis konten dan aplikasi yang dapat bermanfaat baik bagi masyarakat maupun industri. Aspek pendanaan bagi perusahaan pemula (start-up companies) juga akan didukung melalui program inkubasi.

“Jogja Digital Valley juga akan memberikan edukasi dan advokasi bagi seluruh pengembang baik kompetensi teknis maupun kompetensi bisnis sehingga setiap pengembang dapat mengkomersialisasikan hasil inovasinya secara terencana dan tepat sasaran. Tempat ini menyediakan fasilitas pendukung yang lengkap mulai dari tahap pengembangan, desain, hingga komersialisasi,” pungkasnya. (Den)

sumber: krjogja.com

Jogja Digital Valley (Telkom Group) Diluncurkan Hari Ini

Uncategorized Tags: ,

co-working space JDV

Di tengah-tengah persaingan bisnis di dalam industri telekomunikasi dan informasi yang sangat ketat, information and communication technology (ICT) berkembang semakin pesat. Pesatnya perkembangan ICT tersebut menyebabkan industri kreatif digital tumbuh dengan sangat cepat. Kenyataan bahwa individual creative dan startup companies yang menekuni industri kreatif di Indonesia masih memiliki banyak tantangan mulai dari pengelolaan resource sampai dengan introducing produk-produk kreatif mereka ke pasar lokal dan global, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom) mempunyai kepentingan untuk mendukung agar industri kreatif digital di Indonesia dapat maju. Salah satu upaya di lingkungan Telkom agar industri kreatif dimaksud terus maju adalah dengan cara selalu mendorong agar lahir inovasi baru melalui sebuah ekosistem yang terintegrasi.

Setelah dibangunnya Bandung Digital Valley yang bertempat di komplek Telkom Research Development Center (RDC) Gegerkalong Bandung pada akhir 2011 lalu, kali ini Telkom meluncurkan Jogja Digital Valley pada tanggal 21 Agustus 2013 yang terletak di jalan Kartini no 7 Jogjakarta.

Sebagai jembatan antara para teknopreneur atau pengembang aplikasi dengan pasar atau industri sebagai penyerap atau pengguna aplikasi, Jogja Digital Valley diharapkan akan membawa para teknopreneur dan teknoventura ke dalam sebuah platform kerjasama yang saling menguntungkan. Kerjasama ini merupakan bentuk investasi jangka panjang bagi kelangsungan bisnis ICT di Indonesia yang diharapkan akan menjadi sentra-sentra bisnis besar di masa depan.

Jogja Digital Valley memiliki kemampuan kapasitas daya tampung sebanyak 50 developers dengan luas 800 meter persegi dan menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung yang nyaman bagi para pengembang untuk melakukan ideation, kreasi dan inovasi berbagai solusi ICT. Adapun fasilitas yang disediakan pada JOGJA DIGITAL VALLEY ini antara lain adalah ruangan gadget tempat melakukan test aplikasi dan kontent sekaligus mendemokan hasil-hasil solusi yang dikembangkan untuk merasakan customer experience. Creative Desk dan Private Working Room tempat para personil Startup digital dapat melakukan pengembangan solusi aplikasi dan konten, meeting room sebagai tempat untuk melakukan temu partners, sharing knowledge dll, dan juga dilengkapi dengan café corner yang nyaman dengan suasana yang diharapkan dapat menumbuhkan ide-ide kreatif para developers. Seluruh fasilitas ini akan didukung oleh perangkat server sebagai penunjang inkubator solusi aplikasi dan kontent dalam bentuk application store, mobile cloud dan solusi enterprise.

Bapak Indra Utoyo, Direktur Innovation & Strategic Portofolio TELKOM menyampaikan “Dalam jangka pendek, JOGJA DIGITAL VALLEY akan memberikan advokasi/ bimbingan baik dari segi teknis dan bisnis dalam pengembangan solusi berbasis konten dan aplikasi yang dapat bermanfaat baik bagi masyarakat maupun industry sedangkan dalam jangka panjang JOGJA DIGITAL VALLEY mempunyai misi untuk mendorong dan mempercepat swasembada ICT khususnya aplikasi dan konten sehingga diharapkan ke depan seluruh kebutuhan aplikasi dan konten mayoritas akan terpenuhi oleh pengembang dalam negeri, selain itu kita juga mulai dapat tampil di regional dan internasional.”.

Sebagai sebuah pusat sumber daya, JOGJA DIGITAL VALLEY akan didukung oleh berbagai kompetensi yang dibangun dari komunitas-komunitas yang ada. Aspek pendanaan bagi perusahaan pemula (start-up companies) juga akan didukung melalui program inkubasi. JOGJA DIGITAL VALLEY juga akan memberikan edukasi dan advokasi bagi seluruh pengembang baik kompetensi teknis maupun kompetensi bisnis sehingga setiap pengembang dapat mengkomersialisasikan hasil inovasinya secara terencana dan tepat sasaran. JOGJA DIGITAL VALLEY juga menyediakan fasilitas pendukung yang lengkap mulai dari tahap pengembangan, desain, hingga komersialisasi.

Pada sambutannya dalam acara launching Jogja Digital Valley ini, Direktur Utama PT. Telkom Bpk. Arief Yahya menyampaikan “Kami berharap dalam tiga tahun kedepan aplikasi-aplikasi dan konten-konten kreatif dari JOGJA DIGITAL VALLEY akan membanjiri store/market di berbagai platform yang populer di masyarakat dan menjadi trend di kalangan first adopter seperti Android, Blackberry dan iPhone. Guna mencapai target tersebut tentu dibutuhkan dana inkubasi teknis dan bisnis bagi para komunitas. Selain mengajak para venture capital untuk bersama-sama mendukung inisiatif ini, TELKOM telah berkomitmen untuk menanamkan investasi sampai dengan 50 Milliar untuk tiga tahun kedepan untuk mendukung seluruh aktivitas BANDUNG DIGITAL VALLEY, JOGJA DIGITAL VALLEY dan VALLEY-VALLEY lain yang akan muncul kemudian.”

Lebih lanjut lagi, Arief Yahya mengatakan bahwa “inisiatif TELKOM untuk mendukung industri kreatif nasional ini diharapkan dapat menjadi wujud optimisme baru dan memberikan dampak yang signifikan bagi kemajuan masa depan bangsa dan negara, sehingga dalam waktu tidak lama lagi akan semakin banyak lagi produk kreatif nasional yang dihasilkan entrepreneur kita yang akan mampu bersaing dan mengharumkan nama bangsa di mancanegara.”

sumber: StartupBisnis.com

Potensi Produk Kreatif Indonesia

20/08/2013 Uncategorized

Saat ini produk kreatif Indonesia sangat banyak dan potential untuk dijual ke pasar kreatif dunia. Pangsa pasar yang dijanjikan untuk industri kreatif masih sangat terbuka lebar dan diproyeksikan memiliki kecenderungan terus meningkat. Data menyebutkan, rata-rata kontribusi PDB industri kreatif Indonesia tahun 2002-2006 sebesar 6,3% dari total PDB nasional. Nilai ekspor industri kreatif mencapai Rp. 81,4 triliun dan berkontribusi sebesar 9,13% terhadap total ekspor nasional dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 5,4 juta orang dengan tingkat partisipasi 5,8%. Industri kreatif juga menduduki peringkat ke-7 dari 10 lapangan usaha utama yang ada di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa jika dikelola dengan baik, kontribusi industri kreatif terhadap PDB akan terus naik secara signifikan.